Minggu, 23 Oktober 2011

Ketika Mas Gagah Pergi… dan Kembali (New KMGP)

ketika Jika ada sebuah cerpen islami yang membuat saya jatuh cinta, itu adalah cerpen Ketika Mas Gagah Pergi (KMGP). Jika ada pengarang wanita di tanah air yang hingga kini masih saya kagumi dia adalah Mbak Helvy Tiana Rossa (HTR). Dan jika  ditanya majalah remaja apa yang membuat saya sedemikian tertarik untuk mengenal Islam lebih jauh, jawabnya adalah Annida. Ketiganya begitu terpatri kuat dalam memori saya.
Cerpen yang dikemas ulang dalam sebuah novellet ini kini bertajuk “Ketika Mas Gagah Pergi dan Kembali”, di ranah online lebih dikenal sebagai #NewKMGP.  Mengalami pengembangan yang cukup signifikan dari hanya sekitar 15 halaman ketika versi cerpen kini menjadi 64 halaman.
Apa jadinya cerpen favorit saya ini dibuat versi extendednya (novellet)? Wow yang pasti saya merasa amat sangat excited. Dan karenanya sangatlah wajar jika ekspektasi saya langsung melambung, terbayang akan keindahan dan keagungan cerpen ini.
Tema tentang sosok ikhwan, yang dalam KMGP digambarkan dalam sosok bernama Gagah, merupakan tema yang sangat menggigit di era 90-an. Kala itu memang masa kebangkitan dan pencerahan semangat mempelajari Islam di tengah  generasi muda, khususnya di kalangan kampus. Membaca kisah KMGP menjadi terasa begitu dekat dengan diri dan keseharian. Tak pelak KMGP benar-benar menjadi bacaan yang sangat populer di kalangan muda kampus dan masyarakat yang mulai “melek” mempelajari Islam secara lebih terbuka.
Brand bahwa KMGP itu adalah cerpen Islami yang melegenda dan fenomenal tidak akan hilang bagi saya untuk versi aslinya. Tiap kali mengulang membacanya, tiap kali itu pula tiba-tiba hati saya menjadi gerimis. Inilah fenomena rasa yang saya sulit dapatkan dari cerpen lain.
Sosok Gita, sang pencerita, yang demikian sayang kepada abangnya, serta sosok Gagah seorang pemuda yang coba kembali mengamalkan Islam di tengah gaya hidup hedonis dan mapan di sekilingnya, sekalipun kerap kali dicap aneh, terus menjadi sosok-sosok yang seakan hidup dalam benak saya. Maaf jika saya agak berlebihan menggambarkan ini, tapi demikianlah adanya. Very inspiring!
Kemarin, 64 halaman #NewKMGP ini langsung saya lahap hanya dalam beberapa jam. Ekspektasi saya yang semula melambung sedemikian tinggi nampaknya kali ini harus menerima kenyataan bahwa ini tidak seperti yang saya bayangkan. Ada greget khas HTR yang seakan hilang. Hati saya tidak lagi gerimis membacanya. Emosi saya tidak lagi naik turun seperti pertama kali membaca versi novelnya. Entah apa ya yang kurang?
Kehadiran lelaki penceramah yang coba dihadirkan sebagai pengganti sosok Gagah seakan tidak memiliki daya tarik buat saya. Ada kesan kehadiran Yudhistira, nama lelaki tersebut, nampak tidak alami dan agak sulit dibayangkan di dunia nyata. Saya sampai beberapa kali mencoba membandingkan sosok Yudhistira ini dalam kehidupan sehari-hari, tapi lagi-lagi saya gagal menemukannya. Padahal ia adalah tokoh kunci atas kembalinya ruh dan semangat “Gagah” yang memang telah tiada. Sayang sekali…
#NewKMGP akan difilmkan… ah sayang jika memang cerita yang disajikan seperti ini. Mampukan nanti sang sutradara menghidupkan sosok-sosok yang “melayang di langit” ini?
Semoga ALLAH memberikan kemudahan dalam dakwah melalui media tulisan dan sinema ini. Semoga…
Helvy Tiana Rossa
Buat Mbak HTR yang akan selalu menjadi penulis favorit saya :)
Jika belum membaca cerpen KMGP, silakan unduh di sini
Sumber foto : www.islamedia.web.id, pk-sejahtera.org.uk

0 komentar:

Posting Komentar